Ini, Nih, Perbedaan Anak Kritis dan Anak Pembangkang ( Bagian 2 – tamat)

Seperti telah diuraikan pada bagian satu, bahwa anak kritis berbeda dengan anak pembangkang. Anak pembangkang cenderung mencari celah untuk menolak menjalankan perintah, mau menang sendiri, dan memberikan argumen atau reaksi emosional yang keras kepada orang tuanya, sedangkan anak kritis  menyampaikan pendapat dan pemikiran yang berbeda dengan orang tua bertujuan untuk mencari kebaikan bersama, agar keselarasan dan keharmonisan dalam keluarga dapat terwujud.

 Baca juga:

Ini, Nih, Perbedaan Anak Kritis dan Anak Pembangkang (Bagian 1)

Sudah pasti orang tua akan sedih bila buah hati menjadi pembangkang. Perlu upaya serius yang bisa mengurangi sifat pembangkangnya agar tidak menetap hingga bertambah usia anak. Cara-cara berikut ini bisa dicoba untuk menghadapi anak pembangkang.

1. Fokus tentang Apa yang Harus Dilakukan

Orang tua yang menginginkan suatu sikap atau tindakan tertentu harus fokus pada apa yang harus dilakukan, bukan pada kesalahan anak kemudian mengungkapkannya dengan kekesalan dan bertele-tele. Ingin anak belajar dan mengaji pada jam yang disepakati, maka orang tua langsung fokus pada penegakan aturan, bukan mengomentari apalagi mengomeli tindakan anak yang belum sesuai aturan.

2. Tetap Tenang Saat Anak Bereaksi Negatif

Anak pembangkang memiliki kemampuan yang kadang sulit diprediksi. Mereka menggiring pada situasi di mana orang tua tidak mampu menguasai diri hingga muncul perdebatan. Menahan diri dan tidak emosional melihat bagaimana pun bentuk pembangkangan anak membuat situasi tidak semakin runyam. Lambat laun anak akan segan dan berpikir ulang bila setiap membangkang, orang tuanya selalu meluruskannya dengan argumentasi yang tepat sasaran dan tidak emosional. Bila suatu saat orang tua tidak tenang dan sulit mengontrol diri, tinggalkan anak sejenak. Netralkan hati dan pikiran, tarik napas panjang, berwudu, Istighfar, dan lanjutkan lagi saat hati sudah tenang.

3. Tidak Memberikan Argumen Balik kepada Anak

Kadang anak pembangkang menemukan celah yang memicu orang tua melakukan argumen balik. Dia akan terus memprotes dan menyanggah dan argumen balik dari orang tua justru membuatnya menemukan hal-hal baru untuk ditolak. Karenanya, argumen balik tidak perlu dilakukan. Cukup bereaksi tegas, tetapi tidak menekan, tepat sasaran, dan mengunci jawaban agar anak tidak lagi menemukan celah untuk membantah atau membangkang.

4. Beri Apresiasi Saat Anak Patuh

Anak-anak melakukan tindakan pembangkangan karena ada celah untuk melakukanya, tidak selalu karena dorongan dari dirinya sendiri. Saat anak sekali waktu patuh, berikan apresiasi agar merasa dirinya tidak dilabeli sebagai anak pembangkang. Reaksi positif atas kepatuhannya perlu dilakukan orang tua agar anak mengerti bahwa perilakunya yang baik akan diapresiasi dengan baik pula.

5. Jadi Teladan Terbaik bagi Anak

Orang tua adalah contoh terdekat dan terbaik bagi anak. Segala perkataan dan perbuatannya adalah parameter bagi anak dalam berkata dan bersikap. Oleh kareba itu, selalu bersikap patuh pada aturan dan konsisten akan menjadikan anak pelan-pelan meyakini bahwa tindakan pembangkangan yang dilakukannya keliru.

Penanaman aturan dan norma bukanlah proses yang singkat. Perlu kegigihan, kesungguhan, dan konsistensi dalam menegakkannya sehingga anak terbiasa dan dengan kesadaran mau menjalankannya.

Bersabar menikmati proses dan setiap jengkal keberhasilan adalah cara mudah agar upaya menjadikan anak menjadi patuh lebih berarti. Tidak perlu terburu-buru menikmati hasil, meski kita teramat mengharapkannya. Dengan upaya terus menerus, mengubah perilaku negatif anak pembangkang akan berhasil dilakukan. Selalu melangitkan doa dan memohon kepada Allah agar hati anak lembut harus terus dilakukan. Insya Allah, pada saatnya, anak akan seperti yang kita harapkan.

#Day3
#ODOP
#EstrilookCommunity

0 Shares:
2 comments
  1. aku setuju semuanya mbak. jadi orang tua itu memang nggak mudah, tapi semuanya bisa diusahakan. aku barusan aja dapat kajian parenting dari ustadz bendri, beliau menyampaikan begini, "ujian dari orang tua itu adalah tetap memanggilnya dengan nama sayang meski dia baru saja mengecewakan."

    jadi misal anak kita melakukan kesalahan, tetep kudu dipanggil dengan panggilan sayang. "anakku sayang,…"

    waah… berat-berat. pas dikecwwain tentu pinginnya marah kan.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

You May Also Like