Dalam rumah tangga, seorang perempuan lebih rentan mengalami stres dibandingkan laki-laki. Sebagai istri dan ibu, perempuan kerap merasa tertekan karena rutinitas yang monoton. Menjaga kesehatan mental adalah upaya menjauhkan diri dari stres yang mengganggu.
Sebuah berita dari media terpercaya mengabarkan tentang aksi nekat seorang ibu yang membunuh tiga anak kandungnya yang masih balita. Setelah diusut, diketahui bahwa si ibu khawatir akan masa depan anaknya karena dia terimpit masalah ekonomi. Berita lain juga menyebutkan bahwa karena suami tidak peduli, seorang ibu membunuh anak kandungnya dengan parang dan dia sendiri bunuh diri. Banyak lagi berita senada tentang kegalauan dan kesedihan perempuan yang begitu mendalam hingga berujung kematian. Miris. Bila ibu memiliki kesehatan mental, tentu bukan langkah itu yang dipilih.
Apa yang menyebabkan para istri dan ibu bisa sampai hati melakukan hal buruk di atas? Saya selalu ngeri membayangkan hal demikian. Sayangnya, berita tentang hal ini makin marak di media. Hampir ada di seluruh wilayah Indonesia aksi nekat ibu yang berujung petaka. Jiwa yang labil, mental yang tidak sehat, fisik yang teramat lelah dan tidak ada teman berbagi rasa membuat mereka melakukan hal buruk itu sebagai jalan pintas berakhir masalah. Minimnya pemahaman agama juga turut andil dalam hal ini. Rutinitas yang padat membuat ibu kadang tidak sempat memperdalam ilmu agama, tidak ada waktu bergaul berbagi rasa, juga tidak ada kesempatan mengikuti kegiatan di luar rumah.
Bahagia Itu Pilihan
Hidup bahagia itu pilihan! Kalau memilih bahagia, kita akan dengan sadar melakukan hal-hal yang membuat diri kita merasa bahagia, bukan sebaliknya. Harus ada upaya agar hati dan pikiran bersinergi melakukan langkah-langkah menuju kebahagiaan.
Jangan ada ruang secuil pun di dalam hati untuk tempat kita bersedih, putus asa, apalagi berpikir negatif . Jangan!
Percayalah, seorang istri dan ibu itu sejatinya memang harus bahagia. Apa alasannya? Karena dengan bahagia:
1. Lebih Sabar
Ibu yang bahagia relatif lebih sabar dan lebih tegar menghadapi segala kesulitan. Bayangkan kalau mendidik anak tanpa rasa sabar … pasti akan berdampak tidak baik, kan? Kesabaran membuat lebih tenang saat menghadapi masalah.
2. Lebih Kreatif
Ibu yang bahagia tidak akan menutup diri dari kritik dan saran yang baik. Kebahagiaan membuat kita selalu punya gagasan untuk melakukan hal-hal penting dalam rumah tangga. Juga lebih kreatif melakukan hal-hal penting yang berkaitan dengan masalah keluarga.
3. Mudah Keputusan
Hati dan pikiran bahagia membuat ibu tidak ragu mengambil keputusan. Tidak ada beban dan tidak ada yang mengikat, membuat ibu bebas menentukan sikap terbaik tanpa paksaan. Bila ibu dirundung kesedihan, mana mungkin bisa mengambil keputusan? Meskipun bisa, keputusan yang diambil saat galau dan sedih tentu tidak baik.
3. Seisi Rumah Ikut Bahagia
Ini yang tidak kalah penting. Ibu yang bahagia akan menularkan kebahagiaannya kepada seisi rumah. Pasalnya, kebahagiaan itu pasti akan membuat ceria dan selalu ada cara mengajak seisi rumah ikut bahagia.
Menahan Diri Dari Rasa Yang Tak Perlu Itu Penting
Kadang-kadang kita terjebak pada rasa yang tak perlu. Kita sering tidak sadar terjebak pada perasaan sendiri dan tidak sesuai logika. Okelah, kaum perempuan seperti kita memang lebih mengandalkan perasaan. Akan tetapi, tentu harus disesuaikan dengan situasi dan harus sesuai porsinya. Harus pandai-pandai juga mempertimbangkan kapan saat yang tepat mengedepankan logika agar kita tidak terjebak pada rasa yang tidak perlu.
1. Berbaik Sangka Saat Melihat Suami Sibuk Mengurus Hobinya di Rumah atau Asyik dengan Gadgetnya
Bayangkan jika suami sibuk dengan teman-teman di luar sana. KIta tidak akan pernah tahu dia bergaul dengan siapa, sedang apa, atau di mana. Dengan di rumah saja, kita bisa melihat wujudnya, kendati dia asyik dengan kesibukannya itu sendiri. Bisa jadi dia sedang merencanakan sesuatu dalam hal mencari nafkah. Atau sedang melakukan pembicaraan penting terkait pekerjaannya. Pelan-pelan ajaklah berkomunikasi dengan cara yang santun. Libatkan dia dalam diskusi sederhana yang datang sedikit demi sedikit berbagi waktu dan mulai memedulikan kita.
2. Berbesar Hati Saat Melihat Rumah Yang Selalu Berantakan Karena Ulah Anak-Anak, Padahal Baru Saja Dibersihkan
Bayangkan bila anak-anak sakit, tentu mereka hanya akan berbaring saja di kamar, tidak melakukan aktivitas apa pun. Melihat mereka aktif bermain dan membuat rumah berantakan hingga seperti kapal pecah, sabarlah saja. Tata kembali, atur lagi dan lagi rumah berantakan yang baru saja dibereskan. Mulai dari ujung sini, lanjutkan ke sebelahnya, sebelahnya lagi, terus hingga tuntas menyelesaikan seluruh ruangan.
Kelak kita akan merindukan masa-masa rumah berantakan karena anak-anak beranjak remaja dan dewasa.
3. Bersabarlah Bila Melihat Anak yang Tidak Kunjung Paham Saat Diajari Suatu Pelajaran
Sebenarnya wajar kok kalau kesabaran kita menyusut saat anak tidak kunjung paham atas apa yang kita ajarkan. Apalagi saat pandemi seperti sekarang ini. Sekolah di rumah memang sudah sampai pada titik jenuh. Anak bosan di rumah dan rindu sekolah, kita pun lelah lahir batin dengan situasi yang makin berat seperti sekarang ini. Namun, kalau kita tidak bersabar, apakah anak-anak jadi paham? Bukankah malah membuat semua terasa berat? Ah … janganlah ditambah lagi situasi yang serba sulit ini dengan keluhan tentang anak. Mereka belum paham, ya sudah … belajar lagi. Biarlah dia menikmati setiap inci prosesnya. Belum bisa mengerti suatu ilmu bukan berarti semua berakhir. Tidak perlu anak harus segera paham dan memarahinya yang justru memberatkannya.
Nikmati saja prosesnya, terus berusaha, imbangi dengan doa maka semua akan terasa ringan. Tugas kita adalah menjaga semangat belajar mereka dan mendoakan mereka. Hanya itu! Selebihnya, kita pasrahkan hasilnya kepada Allah. Mudah, bukan?
4. Berusahalah Tetap Tenang Saat Pekerjaan Rumah Tangga Bagai Tak Ada Jeda
Pekerjaan sebagai istri dan ibu memang mengalir bagai tiada henti, apalagi bila tidak ada asisten. Akan tetapi, tidak berarti tidak bisa disiasati, bukan? Banyak kok perempuan hebat di sekitar kita yang bisa tetap berkarya, meskipun hanya di rumah saja. Sama sibuknya dengan kita, sama-sama ibu rumah tangga. Mengapa mereka bisa, sedangkan kita tidak? Salah satunya dengan manajemen waktu yang baik. Pertama, kerjakan pekerjaan domestik sepagi mungkin, delegasikan bila memungkinkan, ajak suami dan anak ikut berpartisipasi, dan abaikan kegiatan yang tidak penting. Selanjutnya, jadwalkan melakukan aktivitas untuk diri sendiri sebagai jeda, seperti membaca, menulis, makan makanan favorit , merajut, menjahit, atau lainnya. Aktivitas jeda ini sangat bermanfaat sebagai penghilang penat sekaligus sebagai me time .
Baca juga:
Jenuh Di Rumah Saja Saat Lockdown? Ini, Nih, Yang Bisa Dilakukan Agar Kejenuhan Dalam Rumah Tangga Tidak Berlarut-Larut
Anak Anda Terus Menolak Tidur Siang? Lakukan 4 Hal Ini Agar Anda Tenang
Tips Menjaga Kesehatan Mental Bagi Ibu Rumah Tangga
Jangan main-main dengan kesehatan mental! Kalau batuk, pilek, sakit kepala atau masuk angin saja cukup minum obat dan istirahat Insyaallah bisa sembuh. Namun, kalau mental yang sakit, menyembuhkannya perlu waktu yang tidak sebentar. Parahnya, kita sering tidak sadar kalau kita sedang tidak sehat. Apalagi kita berada di lingkungan yang tidak menyenangkan, seperti komunikasi yang minimal dengan pasangan, antaranggota keluarga yang tidak peduli, orang tua atau mertua yang kata-katanya menyakitkan, atau saudara yang tidak berperasaan, ditambah para tetangga yang tidak menyenangkan. Duh … bisa memperburuk keadaan.
Mari menjaga kesehatan mental kita agar generasi mendatang memiliki kepribadian yang baik karena dididik oleh seorang ibu yang sehat mentalnya. Bagaimana caranya?
1. Istirahat Cukup
Rutinitas harian ibu rumah tangga perlu fisik yang kuat. Istirahat yang cukup harus diupayakan agar tugas ibu rumah tangga bisa terlaksana dengan baik. Kapan bisa istirahat, rebahan saja susah! Kita sering, kan, mendengar ini? Istirahat tentu bukan tidur berjam-jam. Mencuri waktu sedikit saja sebelum anak pulang sekolah atau saat anak tidur siang cukup tata tenaga.
2. Makan Makanan Bergizi Seimbang
Mengonsumsi makanan bergizi seimbang sangat penting bagi ibu rumah tangga. Bergizi tidak selalu identik dengan mahal, kan? Makanan itu menjadi bekal bagi kita beraktivitas seharian.Kalau kita tidak peduli dengan asupan nutrisi, kita juga yang rugi bila sudah jatuh sakit. Apalagi kalau saat sakit pun tetap menjalankan pekerjaan rumah tangga. Oleh karena itu, menjaga agar tubuh selalu makan makanan bergizi itu sangat penting.
3. Menjalin Hubungan Baik dengan Lingkungan Sekitar
Mulailah membuka diri untuk berkomunikasi dengan siapa saja di lingkungan sekitar, terutama di rumah. Suami, anak, orang tua, atau saudara adalah orang terdekat kita. Jangan ragu menjalin hubungan yang baik dengan mereka. Kitalah yang memulai hubungan baik itu agar suasana nyaman. Hubungan kedekatan yang terjalin membuat hati kita tenang dan berimbas pada semangat kita menjalankan rutinitas.
4, Olahraga
Menjalani aktivitas harian yang padat dan monoton memang membuat lelah lahir batin. Meskipun tidak setiap hari, olahraga ringan perlu dilakukan agar otot-otot tidak kaku, seperti yoga, bersepeda, jalan kaki, atau berlari kecil. Lamanya? Tentu tidak perlu terlalu lama, apalagi yang masih punya balita. Cukuplah 30-45 menit saja, tetapi lakukan secara rutin. Bila peredaran darah lancar, metabolisme berjalan baik, ketegangan menurun dan pikiran rileks maka menjalani aktivitas harian bisa lebih bersemangat. Apalagi menjalani segala tetek bengek pengasuhan anak yang kadang menguras tenaga dan emosi, perlu ada penyegaran, salah satunya dengan olahraga.
5. Selalu Berpikir Positif
Jangan dikira berpikir positif itu berarti mengabaikan situasi yang kurang mengenakkan. Berpikir positif berarti berusaha menghadapi ketidaknyamanan dengan cara yang positif dan konstruktif. Harus dimulai dari pikiran sendiri. Jika pikiran negatif maka pandangan hidup jadi pesimis. Jika banyak berpikir positif maka jadi lebih optimis. Mau hidup dengan pesimis? Apa enaknya? Hidup jadi berat dan jalan terasa sempit.
Kalau kita tidak ingin depresi, sistem imun melemah, kemudian berimbas pada fisik yang tidak kuat maka mulai sekarang kita harus peduli dengan kesehatan mental. Jangan tunggu nanti, apalagi besok. Tetapkan hati, mulai detik ini peduli dengan kesehatan mental.
Wassalaamu’alaikum
Salam santun,
Dian Rahayu
Sumber foto: Unsplash, Istockphoto, Freepik
Tulisan ini diikutsertakan dalam 30 Hari Tantangan Penulisan Sahabat Hosting
26 comments
Ini pas banget dengan hidupku sekarang sebagai ibu rumah tangga. Belum lama, masih terbilang barulah untuk usia rumah tangga 2 tahun. Kadang kalau segalanya bikin penat rasanya lelah sekali. Tapi mencoba berpikir positif dan mengedepankan logika, bukan perasaan akan membuat kondisi pikiran lebih stabil dan merasa lebih baik.
Betul, Mbak. Mencoba berpikir positif dan mengedepankan logika bisa mengurangi sebagian beban
setuju banget sama tulisan ini, mbak. Menjadi seorang istri dan ibu harus banget sehat mental, karena kalau tidak akan mempengaruhi vibes seisi rumah.
kadang suka gemes liat suami yang maen game online trs, tp lama kelamaan cuekin aja dibanding makan hati, hihihi.
jadi belajar untuk selalu berpikir positif
Wah, jangan dicuekin Mbak. Harus ada upaya mengingatkannya. Mungkin tidak mudah, tetapi harus dicoba. Suami istri itu satu tim, harus ada kerja sama yang baik agar tidak timpang
Bener banget, bahagia itu diciptakan dan didasari rasa syukur. Dan berpikiran selalu positif, sehingga kita tidak perlu disibukkan oleh hal-hal yang tidak penting.
Nah, iya. Kalau kita sibuk dengan hal-hal yang tidak penting, bisa-bisa badan lelah tak berguna, stres pula. Bisa gawat
yess bener bangeet mbaa, aku tuh tipe yang overthinking keterlaluan bangeeet nget nget nget, wkkw. sebelum terjadi udah dipikirin duluan sampe A, B, C, D-nya juga. sampe yang detail juga dipikirin padahal belum tentu terjadi. ini nih yang buat akhirnya stress. hiks. abis baca ini jadi sadar banget sih ya, kita tuh harus punya cara dalam masalah tsb. biar enggak melulu stress dan lebih happy. makasih mba sharingnya.
Iya, Mbak, sama2. Kadang saya pun demikian, tapi kemudian saya berusaha lebih tenang tiap ada masalah, meskipun tidak mudah
Setuju banget mom, punya me time buat diri sendiri sekedar bobo cantik gak ada dosanya ya.. Daripada gangguan mental kan gawat wkwkwkwk… Semoga kita semua diberi sehat lahir batin ya mom.. Aminn..
Setuju bangetttttt, kesehatan mental itu penting dan perlu…. Apalagi ya kala pandemik seperti ini… Mental ibu lebih menurun karena banyaknya pekerjaan yang harus dilakukan tetapi ya hidup harus balance ya agar bahagia
sebagai anak saya merasakan apa yang moms rasakan melihat anak seperti sya yang kadang di suruh atau di perintah baru deh melakukan pekerjaan, kadang punya pacar saya sibuk main gadget si cwek harus sabar. Semoga sabar wanita membuahkan hasil
well menurutku, setiap anggota keluarga berperan juga sih, jadi jangan cuma kita sebagai Ibu yang dituntut gak negthink or hrs lebih sabar, hihi, makanya ak menganut komunikasi yang oke sih sama semua anggota keluarga, jadi semua hrs bisa menyampaikan pendapat dan perasaannya
iya, penting banget ibu itu harus bahagia, karena kebahagiaannya akan menular ke anggota keluarga yang lain.
Tapi kalau masalah himpitan ekonomi ini yang memang susah ya mbak, karena kompleks banget. Kalau masih tak ada anak, bisa lah wanita menyiasati, tapi kalau ada anak, apalagi balita, duh tekanannya makin terasa
Setuju Mba.. kalo mental sakit gak semudah ngobatin sakit flu atau batuk. Karena ibu yang bahagia adalah jantung sebuah rumah.
Dan saya juga setuju, menjalin hubungan baik dengan sekitar adalah salah satu cara berpikiran positif dan menjaga kesehatan mental. Karena ketika terjadi sesuatu maka tetangga adalah orang yang paling dekat dan peduli membantu kita
Poin istirahat yang cukup tuh krusial banget menurutku. Kalo udah kurang istirahat rasanya kayak lebih sensi aja entah kenapa. Harus pandai2 bagi waktu pokoknya. Makasih sharingnya ya ☺️
Sama-sama, iya bener, Mbak. Kurang istirahat memang poin penting yang kadang terlewatkan
Ini nih yang kadang sering diremehkan sama IRT, kesehatan mental. Padahal yang mereka hadapi setiap hari, sehingga mental kudu tetap sehat supaya anak dan keluarga bisa makin berkualitas
Yess, Mbak. Betul banget. Mental ibu sehat jadi bekal keluarga bahagia
sepakat, kesehatan mental ini perlu diperhatikan dan dikelola dengan baik. jika tidak, akan berimbas kepada kesehatan fisik. imun yang melemah dan akhirnya sakit. sebagai suami tentu harus pengertian dengan kondisi istri. agar tercipta rumah tangga yang harmonis dan sehat.
Duh, suami ideal banget ini. Lanjutkan, Pak
Wah iya bener banget mbak. Harus peduli kesehatan mental dari sekarang. Karna belajarnya lama dan ga ada habisnya. Semoga bisa istiqomah deh buat ngejaga mental supaya tetep sehat.
yups, setuju. Kesehatan mental harus ekstra dijaga
Setuju banget Mbak Dian, kl ibu bahagia insyaallah seisi rumah juga ikut berbahagia, karena sang bunda menularkannya ya. Berasa ada surga sebelum surga di rumah tangga. Btw, setelah anak-anak dewasa rumah juga bisa berantakan lagi Mbak, pada saat cucu main ke rumah. aamiin semoga kita diizinkan melihat para cucu kelak yaa
Bener, banget, Mbak. Saya merasa kalau saya lagi bahagia, seisi rumah jadi ikut bahagia. Begitu pun sebaliknya. Itulah sebabnya, saya selalu berusaha menjaga mood agar tetap baik, meskipun kadang nggak mudah.
Tulisannnya pas banget dengan kondisi skrg mbak heheh kalau aku setuju bgt yg bagian sellau pikiran positive. Bener bgt pokoknya harus positif apapun itu, biar jernih hati kita
Iya, Mbak. Betul, berpikir positif bisa membuat pikiran kita jernih, hati juga jernih. Semua jadi terasa mudah